Saturday, July 8, 2017

Pertanda Alam yang Terabaikan Sebelum Letusan Kawah Sileri Dieng



Masyarakat di dataran tinggi Dieng, sebagaimana warga yang hidup di daerah berisiko tinggi, tentu memiliki pengetahuan yang diajarkan secara turun-temurun dan menjadi kearifan lokal. Dieng, yang merupakan kaldera raksasa kuno, tentu mengajarkan betapa pertanda alam adalah mitigasi bencana terbaik.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman, berharap peristiwa meletusnya Kawah Sileri, Minggu, 2 Juli 2017, bisa memicu pengaktifan kembali kearifan lokal Dieng.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya, masyarakat setempat telah merasakan tanda-tanda alam bahwa akan terjadi aktivitas vulkanik yang membahayakan sebelum letusan di Kawah Sileri terjadi.

"Masyarakat setempat bisa merasakan,"

Menurut dia, pemahaman terhadap tanda-tanda alam itu adalah bagian dari kearifan lokal yang diajarkan tetua kepada keturunannya. Ilmu itu disampaikan turun-temurun selama ratusan tahun yang didasarkan pengalaman praktis masyarakat, baik sebagai komunitas sosial maupun komunitas ekonomi.

"Masyarakat bermukim di daerah yang dikelilingi oleh kawah aktif, baik yang memiliki riwayat membahayakan maupun tidak. Secara naluriah dan berdasarkan pengalaman, masyarakat tidak mau bermukim di daerah yang terlalu dekat dengan kawah aktif," ujarnya.

Permukiman yang cenderung menjauh dari kawah itu, jelas Arif, merupakan bentuk kearifan lokal yang mendasarkan pada peristiwa-peristiwa masa silam. Dia mencontohkan, kawasan permukiman terdekat dari Kawah Sileri adalah Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kawah.

"Jarak yang cukup aman untuk permukiman," kata dia.

Di masa lalu, Kawah Sileri memiliki riwayat erupsi eksplosif yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa akibat material vulkanik yang dimuntahkan, berupa lahar panas dan bebatuan seberat 1,5 kilogram.

Erupsi pada 1944 itu terjadi menyebabkan 177 warga Desa Jawera tewas. Lantas, mereka pun berpindah tempat ke kawasan yang kini disebut sebagai Desa Kepakisan, yang berjarak cukup aman.

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Flickr